Tahu telah menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Meskipun terkesan murah, makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini merupakan favorit berbagai kalangan. Bahkan, saat ini, konsumsi tahu terbilang tinggi. Maklum, selain punya kandungan protein nabati yang tinggi, harga tahu juga masih murah. Dan kini, para pengusaha camilan berbahan tahu pun mengemasnya dengan beragam rasa. Di Ponorogo, Jawa Timur, tahu merupakan camilan yang memiliki cita rasa agak beda karena dibuat dengan menambahkan ikan tuna sebagai bahan baku.
Adalah Aditya Roby si pemilik Tahu Ikan Tuna ini. Ia menyadari bahwa untuk menjual produk yang lebih menarik di pasaran, ia perlu menambahkan suatu ciri khas sebagai pembeda. "Perbedaan rasa akan membuat tahu saya memiliki ciri khas," ujarnya.
Karena itu, Aditya meramu rasa tahu dengan tambahan ikan tuna dan racikan bumbu serta tepung agar tahunya terasa gurih dan enak. "Para pembeli tahu tidak hanya mengenal tahu buatan saya terasa enak tapi juga sarat akan gizi karena mengandung ikan tuna," ungkap Aditya. Selama ini, ia tak pernah kesulitan memperoleh stok ikan tuna karena ia bekerja sama dengan temannya untuk memperoleh bahan baku ikan tuna. Meskipun tahu buatan Aditya agak lebih mahal dibandingkan dengan tahu biasa, tapi produknya ini tetap menjadi pilihan karena kandungan gizi yang tinggi.
Aditya pun telah menawarkan kemitraan Tahu Ikan Tuna sejak setahun lalu. Kini ia telah memiliki 18 mitra. Para mitra itu tersebar di Pulau Jawa, Jambi dan Kalimantan. Mitra yang bergabung dengan Tahu Ikan Tuna tertarik karena rasa tahu yang berbeda. "Mitra kami yakin mampu bersaing dengan
para penjual tahu yang lain," jelas Aditya.
Selain itu, nilai investasi kemitraan ini cukup murah. Aditya mematok nilai investasi Tahu Ikan Tuna sebesar Rp 2,5 juta. Ia tak mengutip biaya royalti pada calon mitra. "Mereka cukup membeli bahan baku ke pusat setiap minggu, dengan nominal sebesar Rp 1,5 juta hingga 2 juta," ujarnya.
Dari dapurnya, Aditnya mengirimkan bahan baku per paket sebanyak 300 bungkus. Jumlah ini sengaja dibatasi supaya bahan baku tak cepat basi, mengingat Aditya tak memakai pengawet.
Calon mitra sendiri harus menyiapkan dana sebesar Rp 5 juta. Mereka akan mendapatkan satu unit gerai atau gerobak, satu set kompor gas, satu tungku, dan tabung gas tiga kilogram. Selain itu, mitranya juga mendapatkan satu set alat penggorengan dan paket promosi usaha. Nilai ini, tentu sudah termasuk bahan baku sebanyak 300 bungkus.
Dengan asumsi penjualan Tahu Ikan Tuna sebanyak 50 porsi sehari, dengan harga jual Rp 5.500 hingga Rp 6.000 per porsi, maka mitra bisa meraup omzet Rp 300.000 per hari. Dengan hitungan ini, mitra hanya butuh waktu dua hingga bulan untuk mengembalikan modalnya.
Karena tidak mematok royalti kemitraan, mitra hanya perlu membeli bahan baku sesuai dengan kebutuhan mereka. Setiap bulannya, paket pembelian bahan bakunya mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Aditya pun memaparkan perhitungan, pengeluaran mitra tiap bulan mencapai Rp 7 juta tiap bulan. Rinciannya, pembelian bahan baku Rp 5 juta, gaji pegawai Rp 1 juta dan sewa tempat Rp 1 juta. Dari sini, mitra bisa memperoleh laba sekitar Rp 2 juta setiap bulan. (*/Kontan.co.id)ciputrapreneurship.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar