Jemari Muhammad Yamin dengan cekatan mulai memeras bongkahan-bongkahan sarang lebah jenis Apis dorsata yang dikumpulkannya dari para pencari lebah yang bergabung dalam Kelompok Pemburu Lebah Madu Lestari.
Kelompok yang berdiri sejak tahun 1994 itu merupakan satu dari beberapa perkumpulan pemburu lebah yang berada di Pulau Sumbawa.
Perkumpulan beranggotakan 177 orang ini dibentuk dengan alasan yang cukup sederhana, yaitu ingin mengembalikan citra madu Sumbawa yang kerap kali dipalsukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Madu palsu itu dijual menyerupai bentuk madu aslinya. Dengan terbentuknya kelompok ini, kami ingin mengangkat kembali citra madu Sumbawa," kata Yamin saat berbincang dengan detikFinance, di Desa Semongkat, Kecamatan Batu Lanteh, Sumbawa Besar, pekan lalu.
Untuk menjaga keaslian dan kualitas produknya, maka setiap anggota pemburu lebah tidak boleh memeras sarang yang didapatkannya sendiri. Mereka harus membawa sarang lebah dan menjualnya kepada Yamin. Selanjutnya Yamin atau calon pembeli akan memeras bongkahan sarang lebah tersebut.
"Makanya saya selalu memajang bongkahan sarang lebah yang belum saya peras, agar pembeli yakin kalau ini asli. Masa pusat penghasil madu Sumbawa menjual yang palsu, itu kan tidak mungkin," ungkap pria berusia 46 tahun ini.
Menurut dia, pemalsuan madu Sumbawa terjadi karena tingginya permintaan masyarakat terhadap cairan manis itu. Lapipula, siapa pula yang tidak tergiur dengan bisnis ini. Dalam sebulan saja, Yamin mengaku bisa meraup omset Rp 40-50 juta.
Permintaanpun tidak berhenti mengalir. Tidak hanya dari pulau Sumbawa, tetapi juga dari pulau-pulau lainnya di tanah air. Bahkan madu yang dijual dengan merk Madu Alam ini sudah dipasarkan sampai ke Korea.
"Sempat kami kirim ke Korea. Tapi yang menjual pelanggan saya di Surabaya, bukan saya. Setelah itu, mereka meminta saya memasok 5.000 liter per bulan, tetapi saya tidak menyanggupinya," jelas bapak tiga anak ini.
Bukannya Yamin tidak mau memenuhi pesanan dalam jumlah besar itu. Ia tidak dapat memprediksi jumlah madu yang dapat dihasilkannya setiap bulan karena madu yang dibuatnya berasal dari lebah liar di hutan-hutan pulau Sumbawa.
"Lagipula kalau hasil seluruh daerah penghasil madu Sumbawa dijumlahkan, hanya terkumpul 4.000 liter per bulan. Sementara, kelompok saya hanya dapat menghasilkan 500-600 liter per bulan. Jadi mana saya sanggup," ungkapnya.
Yamin memaparkan, terkenalnya khasiat madu Sumbawa disebabkan madu tersebut berasal dari lebah liar yang hanya bisa di temukan di hutan-hutan Sumbawa. Lebah-lebah madu itu tidak diternakan di manapun juga.
Makanan lebah madu Sumbawa, yaitu bunga pohon bidara, berbeda dengan lebah madu di daerah lain. Pohon bidara, yang dalam bahasa lokalnya goal dan dalam bahasa latinnya disebut ziziphus mauritiana, terkenal memiliki banyak khasiat penyembuh.
Selain itu, proses pembuatan madu asli Sumbawa juga sangat hati-hati, sehingga bebas dari proses fermentasi dan hal-hal lain yang dapat mengurangi manfaat madu tersebut. Madu Sumbawa yang diambil langsung dari hutan segera diperas, disaring, kemudian dimasukan ke dalam botol tanpa campuran apapun.
"Kalau mau lebih terasa khasiatnya, sebaiknya madu tersebut dikunyah dengan sarangnya karena kandungan propolisnya masih 100%, kalau sudah diperaskan hanya tersisa 10%," ungkapnya.
Propolis yang dihasilkan oleh lebah madu ini mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk membangun kekebalan tubuh dan mengaktifkan Kelenjar Thymus.
Selain itu, propolis juga mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai obat untuk berbagai macam penyakit seperti thypus, diare/muntaber, demam berdarah, flu, TBC, maag, luka luar, radang tenggorokan, sakit gigi, radang ginjal, kanker, tumor, mium, kista, jantung, asam urat, asam urat, kolesterol, trigliserin, dan lain-lain.
Saat ini, Yamin menjual madu yang diproduksinya seharga Rp 40.000 per botol. Setiap botol berisi 625 ml madu. Padahal kalau sudah sampai di pulau Lombok, satu botol madu asli Sumbawa ini dipatok dengan harga Rp 150.000 per botol.
Yamin juga mendagangkan madunya dalam bentuk kemasan jerigen berisi 2,5 liter seharga Rp 107.000, serta dalam bentuk bongkahan sarang yang dimasukan ke dalam toples seharga Rp 50.000 per kilogram (Kg). Yamin sendiri membeli sarang lebah dari anggota kelompoknya dengan Rp 35.000-37.000 per Kg.
"Rata-rata per kilogramnya bisa digunakan untuk membuat satu botol madu berisi 625 ml," jelasnya.
Selain menjual dalam bentuk madu murni, Yamin dan kelompoknya juga menjual madu olahan sejak awal tahun 2000. Jenis-jenis produk yang dijual Yamin adalah madu kunyit Instan, madu jahe instan serta minyak sumbawa asli. Madu kunyit instan dan madu jahe instan dijual dalam kemasan toples dengan harga Rp 23.000. sedangkan minyak sumbawa asli dijual Rp 15.000 per botol.
"Minyak Sumbawa ini dibuat dari akar-akaran. Ini dibikin langsung oleh dukun yang ada di daerah ini," kata dia.
Akhir-akhir ini, sarang bekas perasan madu pun dipesan oleh sebuah perusahaan dari Surabaya untuk membuat sabun kecantikan dan alat-alat make up. Namun ia tidak dapat memenuhi permintaan itu karena jumlahnya terlalu besar.
"Mereka minta dalam jumlah besar, tapi saya tidak bisa penuhi," ujar pria yang juga bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ini.
Yamin mengaku hingga saat ini dirinya masih belum memiliki sebuah toko sehingga untuk mendapatkan produk ini, para konsumen harus mendatangi langsung rumah Yamin atau bisa juga memesan langsung via SMS dan telepon.
"Kalau uangnya sudah ditransfer, nanti barangnya langsung kami kirimkan," paparnya. (*/Detik)
ciputrapreneurship
Tidak ada komentar:
Posting Komentar