Minggu, 08 Mei 2011

ILMUWAN yang MEMBUKTIKAN KEBENARAN AL QUR'AN (2)

Dr. Maurice Bucaille
Dr. Maurice Bucaille, (lahir di Pont-l'Eveque, 19 Juli 1920 – meninggal 17 Februari 1998 pada umur 77 tahun) adalah seorang ahli bedah berkebangsaan Perancis. Bucaille pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris, Perancis. Salah satu negara yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-peninggalan purbakala. Pada tahun 1974 dia mengunjungi Mesir atas undangan Presiden Anwar Sadat dan mendapat kesempatan meneliti Mumi Firaun yang ada di museum Kairo bersama dengan para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah agar misteri seputar mumi Fir'aun itu terungkap.
Dan yang menjadi ketua dari para pakar dan ahli bedah itu adalah dokter bedah paling cemerlang saat itu yaitu Dr. Maurice Bucaille. Para peneliti itu ingin mengetahui apa sesungguhnya yang menyebabkan kematian Fir'aun. Hasil penelitiannya kemudian dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern atau judul aslinya , Les momies des Pharaons et la médecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-Potier-Boès (penghargaan dalam sejarah) dari Académie française dan Prix general (Penghargaan umum) dari Academie nationale de medicine, Perancis.
Setelah melakukan penelitian dengan seksama, mereka pun menemukan jawaban ilmiah, kenapa Fir'aun mati. Di temukan ada sisa-sisa garam yang lengket pada tubuhnya, juga sebagian ada di tenggorokan dan alat pencernaannya, ditemukan pula indikator stress atau ketegangan syaraf yang biasa terjadi pada orang yang mati tenggelam. Itu semua merupakan bukti kuat bahwa Fir'aun mati di laut. Ketika orang-orang saat itu menemukan jasad Fir'aun di laut, mereka langsung memumikannya agar awet. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar di benak Dr. Maurice Bucaille adalah bagaimana jasad Fir'aun tetap utuh ketika ia di temukan di laut?
Saat itu ada anggota tim yang ia pimpin berbisik padanya, 'sebenarnya umat Islam di dalam kitab sucinya Al Qur'an sudah membicarakan mengenai tenggelamnya jasad ini dan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.' Dr. Maurice Bucaille tidak percaya, dia merasa itu hal yang aneh. Bagaimana bisa terjadi, mumi itu belum di temukan hingga tahun 1898M atau baru di temukan 200 thn yang lalu. Sementara kitab Al Qur'an sudah ada sejak 1400 tahun yang silam. Bagaimana kitab suci Al Qur'an bisa memberikan informasi itu, padahal bangsa arab bahkan seluruh manusia tidak mengetahui apapun tentang kehidupan Mesir kuno. Manusia baru tahu setelah jasad Mumi itu di temukan bersama peninggalan Mesir kuno lainnya.
Kitab suci umat Kristiani memang juga menceritakan tenggelamnya Fir'aun ketika mengejar Musa, tetapi Injil Matius dan Lukas itu tidak menceritakan sedikitpun keutuhan jasadnya setelah tenggelam. Begitu juga di kitab Taurat kitab suci orang Yahudi, dia membaca di kitab Keluaran sama sekali tidak menceritakan jasadnya akan utuh. Kitab keluaran itu hanya mengabarkan 'Kemudian berbaliklah air laut itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Fir'aun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, hingga tak tersisa seorang pun dari mereka.'
Pada saat Dr. Maurice Bucaille menghadiri konferensi kedokteran di Saudi Arabia tentang hasil penelitian keutuhan jasad Fir'aun yang tenggelam. Di Konferensi itu di bacakan ayat Al Qur'an Surat Yunus (10): 92
"Maka pada hari itu Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan Kami." Kemudian saat itu juga Dr. Maurice Bucaille memeluk agama Islam. Subhanallah.

Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya mengkritik Alkitab atau Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan. Sedangkan dalam Al Qur'an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah:

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan." [QS 27:88]
Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur'an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Kemudian tentang Matahari dan Bulan Dr. Maurice Bucaille juga menjabarkan bahwa, Bibel atau Alkitab berbicara tentang matahari dan bulan hanya bagaikan dua buah bola lampu yang hanya berbeda dalam hal ukurannya saja, Sedangkan Al Quran membedakan antara bulan dan matahari dengan menggunakan istilah yang lebih jelas dan ilmiah yaitu: cahaya (Nur) untuk bulan, dan pelita (Siraaj) untuk matahari.

"Maha suci Allah yang telah menjadikan dalam alam ini gugusan bintang (galaksi) dan Dia jadikan pula padanya (‘siraaja’) Matahari dan bulan yang bercahaya. (QS. 25: 61)
"Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai ‘nuur’ dan menjadikan matahari sebagai ‘siraaja’ (pelita)”. (QS. 71: 16) 
Bahkan dalam surat AnNaba(78):13 Allah berfirman: "Dan Kami jadikan (matahari) pelita/lampu yang sangat kuat terangnya." (Siraa jaw wahhaja)

Bulan menggunakan kata Nur atau cahaya yang artinya adalah bulan hanya memantulkan cahaya, atau dengan kata lain cahayanya tidak bersumber dari dirinya sendiri seperti cermin yang memantulkan cahaya, sedangkan matahari menggunakan kata 'Siraaja' artinya bersinar atau cahayanya bersumber dari dirinya sendiri seperti bola lampu atau pelita yang amat terang. 

Dr. Maurice Bucaille mencoba menerangkan bahwa Al Qur'an sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, namun bahwa Alkitab atau Bibel tidaklah demikian. Jadi Al Qur'an sungguh kitab yang otentik.
Subhanallah...

id.wikipedia.org
Al Qur'an dan Ilmu Modern (sultan.org)
bumi cinta
dan sumber lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar