Sejumlah ahli manajemen mengatakan bahwa manusia dewasa rata-rata membuat 300 keputusan per hari, dari yang sepele sampai yang penting dan menentukan hidup mereka. Artinya, setiap tahun orang dewasa—anggap saja usia 18 tahun ke atas—membuat sekitar 109.500 keputusan dalam hidupnya.
Jika asumsi di atas diterapkan dalam kehidupan Ciputra yang telah melewati usia 74 tahun, maka patut diduga Pak Ci telah membuat lebih dari 6.132.000 keputusan. Jumlah keputusan yang luar biasa banyak dan karenanya tentu sulit diingat. Namun, pada kenyataannya, Ciputra menganggap hanya ada sepuluh keputusan yang sangat menentukan dan bersifat historis sehingga dia dikenal orang seperti sekarang ini. Hanya ada sepuluh keputusan fundamental yang membuatnya disebutsebut sebagai pelopor dan innovator dalam industri property, juga pengusaha yang tahan banting lintas generasi di panggung bisnis di Tanah Air. [Sambil membaca keputusan-keputusan penting yang diambil Ciputra, baik juga bila kita menelaah kembali keputusan-keputusan penting macam apa yang pernah kita ambil dan membuat kita berada pada keadaan kita yang sekarang’.
Keputusan historis pertama adalah mengejar ilmu pengetahuan sampai ke Pulau Jawa. Keputusan ini dibuat ketika ia masih menjelang remaja, berusia 12 tahun. Karena kepahitan hidup di masa kecil, dan kehilangan ayah yang meninggal di tahanan tentara pendudukan Jepang, Ciputra bertekad untuk kembali ke sekolah. Ia memutuskan menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi, belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik. Prestasinya di sekolah menengah memantapkan hatinya untuk tidak ragu harus merantau jauh dari Sulawesi sampai ke Pulau Jawa, guna memasuki perguruan tinggi yang berkualitas. Pada masa sekolah menengah itu juga ia memutuskan untuk dibaptis menjadi seorang Kristen. Inilah hal-hal yang kemudian membawa Ciputra sampai ke Institut Teknologi Bandung (ITB), perguruan tinggi teknik paling bergengsi di Indonesia pada masa itu, dan mungkin juga masih yang terbaik hingga saat ini.
Keputusan histories kedua adalah menikahi Dian Sumeler dan sebagai konsekuensinya Ciputra harus bekerja sambil kuliah untuk menopang keluarga. Mereka menikah di Bandung tahun 1954, saat Ciputra berusia 23 tahun dan masih kuliah di ITB. Dari pernikahan ini lahirlah empat orang anak, yakni Rina Ciputra, Junita Ciputra, Candra Ciputra, dan Cakra Ciputra. Inilah cikal-bakal pendiri Grup Ciputra.
Keputusan historis ketiga adalah mendirikan usaha biro konsultan Daja Cipta yang kemudian menjadi PT Perentjana Djaja. Ini dilakukan Ciputra ketika masih kuliah di tingkat tiga ITB, bersama dua orang temannya, Budi Brasali dan Ismail Sofyan. Ia mendirikan usaha ini dengan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai karyawan dan keputusan ini sekaligus mempersiapkan wadah bisnis masa depan. Jadi, dengan dorongan untuk bertahan hidup, ia memulai suatu usaha yang ternyata kelak membawanya ke kancah bisnis dalam skala yang luar biasa.
Keputusan historis keempat diambilnya tahun 1960. Pada tahun tersebut Ciputra memutuskan menjadi pengembang [developer]dan menyerahkan pengelolaan perusahaan konsultan perencanaan kepada dua orang rekannya. Sebagai arsitek muda berusia 31 tahun dan dan baru tamat, ia berhasil meyakinkan Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur Jakarta kala itu, untuk mendirikan sebuah perusahaan patungan dalam bidang property antara dirinya dan pihak lain, termasuk Hasyim Ning [Dasaat], yaitu PT Pembangunan Jaya. Maka dibangunlah Proyek Pasar Senen. Lima tahun berikutnya ia berhasil meyakinkan Gubernur Ali Sadikin untukmendirikan PT Pembangunan Jaya Ancol yang merupakan usaha patungan antara PT Pembangunan Jaya dengan Pemda DKI. Sampai saat ini Ciputra sangat mengagumi Gubernur Ali Sadikin, ia banyak belajar dari tokoh public ini yang bagi pribadi Ciputra Gubernur Ali Sadikin adalah contoh pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan, tegas dan berani.
Selama 35 tahun kemudian, Ciputra menjadi Chief Executive Officer [CEO] perusahaan ini dengan prestasi yang membanggakan. Kedua perusahaan tersebut adalah contoh dari sangt sedikit perusahaan yang dimiliki Pemda DKI yang mencapai perkembangan luar biasa, baik dalam aset maupun pertumbuhan pendapatan. Ciputra meninggalkan Pembangunan Jaya dalam keadaan sehat sekali, bahkan terus berkembang di tangan kader-kader profesional dan sistem manajemen yang terbukti langgeng hingga kini.
Keputusan historis kelima adalah ketika Ciputra bersama-sama dengan beberapa temannya di PT Perendjana Djaja; Budi Brasali, dan Ismail Sofyan, ditambah teman lainnya, Sukrisman dan Secakusuma, mendirikan Grup Metropolitan Development. Perusahaan ini menjadi salah satu grup bisnis property terkemuka yang sukses membangun Wisma Metropolitan, Wisma WTC, Hotel Horizon, Metropolitan Mal, Pondok Indah, Puri Indah, dan lain-lain. Keputusan ini meningkatkan skala bisnis dengan kerja sama yang diperluas. Sampai sekarang, Ciputra masih menjadi presiden komisaris di kelompok usaha ini.
Keputusan historis keenam adalah pada usia 50 tahun (1981) ia mendirikan Grup Bisnis Ciputra, sebuah grup bisnis yang ia dirikan bersama istri dan empat orang anaknya yang baru tamat dari luar negeri. Melalui grup ini, pengembangan bisnis terfokus pada bidang properti dan melakukan pengembangan pasar ke kota-kota besar di luar Jawa. Pengembangan pasar itu lebih difokuskan pula pada membangun kota-kota baru dan proyek-proyek komersial.
Keputusan histories kedelapan adalah keputusan untuk memercayai campur tangan Tuhan terhadap masa depan bisnisnya. Ia memulai sebah hidup baru dalam kehidupan iman Kristennya. Keputusan yang diambil pada saat Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1998 silam itu membuat Ciputra dengan tegar menghadapi proses restrukturisasi utang-piutangnya. Ketika sejumlah konglomerat memilih untuk pindah ke luar negeri, Ciputra memutuskan tetap tinggal di Indonesia. Ia menunjukkan integritas pribadinya ketika menghadapi badai-badai kehidupan yang luar biasa.
Keputusan histories kesembilan adalah mengem-bangkan pelayanan sosial dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sejumlah sekolah dari tingkat dasar hingga universitas.
Keputusan histories kesepuluh adalah memilih strategi untuk focus pada bisnis properti dan mengarahkan Grup Ciputra menjadi multi national corporation [MNC]. Strategi konglomerasi yang memasuki aneka ragam bidang bisnis digantikan dengan fokus hanya pada bisnis properti, tetapi meluas ke berbagai negara. Pengembangan pasar properti dilakukan ke mancanegara, meski lokasi kantor pusat operasi tetap di Indonesia. Grup Ciputra sudah lebih dari 10 tahun membuka usaha di Vietnam dan tahun 2004 lalu mulai membuka bisnis di India juga. Dalam waktu dekat, Kamboja, Cina, dan Timur Tengah menjadi lahan pengembangan usaha berikutnya. Strategi yang akan ditempuh adalah bekerja sama dengan pemilik tanah, memanfaatkan kekuatan brand Ciputra, sehingga perusahaan mendapatkan fee dari brand value dan technical expertise.
Sepuluh keputusan bersejarah di atas menjadi pijakan yang kokoh bagi kiprah Ciputra selanjutnya. Dan tentu saja semua tidak berlangsung mulus begitu saja. Ada banyak masalah dan tantangan yang harus dilewati agar kelompok bisnis yang didirikannya tetap langgeng. Seperti Bill “ Microsoft” Gates yang pernah—dalam satu hari—kehilangan 1,76 miliar dolar dan keluarga Walton, pemilik Wal Mart, yang pernah mengalami kerugian 1,64 miliar dolar ketika saham-saham mereka menyusut secara tiba-tiba dalam perdagangan bursa saham di awal millennium baru lalu, demikian juga Ciputra pernah melewati masa-masa kelam yang sangat mencekam. Semua bisnis yang dibangunnya puluhan tahun dipertaruhkan ketika krisis ekonomi mendera Indonesia di tahun 1997. Pada tahun-tahun yang kelam itu, hamper tak ada konglomerat di negeri ini yang bisa tidur nyenyak. Sebagian konglomerat malah kabur ke mancanegara, dan sebagian lagi dikejar sebagai tersangka oleh aparat negara.
Meski bisnis Ciputra juga mengalami goncangan luar biasa, terutama karena utang-utangnya saat itu, namun ia akhirnya berhasil bangkit. Ia merupakan satu dari hanya sedikit taipan Indonesia yang berhasil merestrukturisasi pinjaman kelompok bisnisnya tanpa banyak memunculkan kontroversi, apalagi menarik perhatian media. Sebagaimana pernah diulas oleh sebuah majalah eksekutif yang terbit di Jakarta, pada tahun 2004, tujuh tahun setelah krisis moneter 1997, ketiga kelompok bisnis yang ia dirikan--Pembangunan Jaya, Metropolitan, dan Grup Ciputra – sudah mencapai nilai omzet tiga kali omzet sebelum krisis. Dalam 1-2 tahun lagi ia harapkan omzet ketiga grup itu sudah mencapai RP 10 triliun dan terus berkembang.
Banyak pujian ditujukan kepadanya dalam bentuk penyematan secara resmi maupun tak resmi berbagai predikat. Sekali waktu ia disebut sebagai seorang entrepreneur yang visinoer. Kala lain disanjung sebagai pelopor dan inovator. Semua itu mengacu pada satu keunggulan Ciputra, yakni keahliannya dalam memilih dan menggarap bisnis-bisnis baru. Banyak proyek yang ditanganinya adalah proyek yang sebelumnya masih asing, bukan hanya di lokasi tempat proyek itu berada, tetapi juga di industrinya. Ketika ia mulai membangun proyek Taman Impian Jaya Ancol, misalnya, orang bahkan tak pernah membayangkan kawasan yang disebut sebagai tempat jin buang anak itu akan dapat berkembang sedemikian rupa. Tetapi Ciputra telah membayangkannya sebagai pantai emas.
Lalu kepeloporannya membangun kota-kota baru mengukuhkan dirinya sebagai entrepreneur yang tak pernah berhenti mendaki puncak pencapaian. Ia bukan hanya memanfaatkan peluang, tetapi juga menciptakan peluang-peluang bisnis baru. Kawasan Bintaro yang merupakan salah satu kota baru hasil ciptaannya, semula bahkan tak dianggap istimewa oleh berbagai pihak, termasuk oleh Obayashi, perusahaan Jepan yang pada awalnya menjadi pemilik lahan di kawasan itu. Ciputra berhasil mengembangkannya. Bintaro menjadi cikal-bakal tumbuhnya kota-kota baru di Indonesia.
Agaknya tak akan pernah ada yang dapat secara sempurna menggambarkan kepiawaian Ciputra menciptakan bisnis-bisnis baru, karena Ciputra sendiri kerap kali tak berminat lagi berbicara tentang apa yang telah ia lakukan mengingat demikian banyaknya karya-karyanya. “ Don’t ask me about the past, let’s talk about tomorrow.” Katanya tiap kali, seperti menirukan syair lagu. Namun sebagai sebuah sketsa, beberapa catatan berikut tampaknya dapat memberi gambaran kiprahnya.
Sampai tahun 2005, ia telah membangun 22 kota baru di dalam dan luar negeri, dengan luas puluhan ribu hektar. Sejauh ini tidak mudah menemukan orang yang pernah membangun lebih banyak kota dibandingkan Ciputra yang bahkan masih terus ingin membangun kota-kota berikutnya. Jika dirinci, apa yang ada dalam lingkaran jejaring bisnis Ciputra mencakup antara lain:
- Ratusan ribu unit rumah
- Jutaan meter persegi pusat-pusat pembelanjaan
- Ratusan ribu meter persegi ruang perkantoran
- Ribuan kamar hotel
- Ratusan hektar fasilitas rekreasi
Begitulah, selama lebih dari 40 tahun sejak ia mendirikan Grup Jaya, Grup Metropolitan, dan Grup Ciputra, pencapaiannya terus dan masih terus bertambah. Ketiga Grup ini saja telah membangun 22 proyek kota-kota baru di dalam dan di luar negeri dengan keseluruhan luas perencanaan mencapai puluhan ribu hektar. Dalam kurun waktu itu pula setiap dua tahun grup ini menghasilkan satu proyek perumahan, tidak termasuk proyek-proyek komersial seperti mal dan hotel. Ke depan Grup Ciputra sedang meningkatkan derap majunya yaitu dengan mematok target dua proyek kota baru setiap tahun disamping proyek-proyek komersial lainnya. Sebagian kota baru itu dimulai oleh pengembang lain, dank arena mengalami berbagai macam kesulitan akhirnya mandek dan ditawarkan untuk diselamatkan oleh Ciputra.
Cerita tentang Ciputra sebagai entrepreneur pencipta bisnis-bisnis baru tentu akan membawa kita kepada pertanyaan, jika seorang Ciputra dapat mencapai semua itu, dari manakah seorang calon entrepreneur yang ingin seperti dia dapat memulainya? Apakah ada yang dapat dipetik dari pengalaman Ciputra dalam hal ini? Bab ini akan mencoba menjawabnya.
ciputrapreneurship.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar